PENDAHULUAN
Slow-learner
merupakan salah satu dari lima kesulitan belajar siswa. Lima kesulitan itu
antara lain (Sudradjat, 2008).
1. Learning disorder atau kekacauan
belajar, yaitu keadaan di mana proses belajar seseorang terganggu akibat
munculnya respon yang bertentangan.
2. Learning disfunction, merupakan gejala
di mana proses belajar yang dilakukan siswa tidak berfungsi dengan baik,
meskipun sebenarnya siswa itu tidak mengalami subnormalitas mental.
3. Under-achiever, mengacu pada siswa
yang sesungguhnya memiliki tingkat potensi intelektual yang cenderung di atas
normal, tetapi berprestasi belajar yang rendah.
4. Learning disabilities, yaitu
ketidakmampuan belajar yang mengacu pada gejala di mana siswa tidak mampu
belajar atau menghindari belajar.
5. Slow-learner, adalah siswa yang lambat
dalam proses belajar, sehingga ia membutuhkan waktu yang lebih lama
dibandingkan sekelompok siswa lain yang memiliki taraf intelektual yang relatif
sama. Slow-learner adalah anak dengan tingkat penguasaan materi yang rendah,
padahal materi tersebut merupakan prasyarat bagi kelanjutan di pelajaran
selanjutnya, sehingga mereka sering harus mengulang (Burton, dalam Sudrajat,
2008). Kecerdasan mereka memang di bawah rata-rata, tetapi mereka bukan anak
yang tidak mampu, tetapi mereka butuh perjuangan yang keras untuk menguasai apa
yang diminta di kelas reguler. Slow-learner adalah istilah yang sering digunakan
bagi anak-anak dengan kemampuan rendah, dengan IQ antara 70 dan 85, ada juga
yang mengatakan antara 80 dan 90, dan keadaan ini berlangsung dari tahun ke
tahun. Anak-anak seperti ini mengisi 14,1 % populasi, lebih besar daripada
kelompok anak dengan learning disabitilies, retardasi mental dan autis yang
disatukan. Anak yang demikian akan mengalami hambatan belajar, sehingga
prestasi belajarnya biasanya juga di bawah prestasi belajar anak-anak normal
lainnya, yang sebaya dengannya.Mereka dapat menyelesaikan SMP, tetapi mengalami
kesulitan di SMA. Slow-learner dapat diartikan anak yang memiliki potensi
intelektual sedikit di bawah normal tetapi belum termasuk tuna grahita
(retardasi mental). Dalam beberapa hal mengalami hambatan atau keterlambatan
berpikir, merespon rangsangan dan adaptasi sosial, tetapi masih jauh lebih baik
dibanding dengan yang tuna grahita, lebih lambat dibanding dengan yang normal,
mereka butuh waktu yang lebih lama dan berulang-ulang untuk dapat menyelesaikan
tugas-tugas akademik maupun nonakademik, dan karenanya memerlukan pelayanan
pendidikan khusus. Slow-learner sulit untuk diidentifikasi karena mereka tidak
berbeda dalam penampilan luar dan dapat berfungsi secara normal pada sebagian
besar situasi. Mereka memiliki fisik yang normal, memiliki memori yang memadai,
dan memiliki akal sehat. Hal-hal normal inilah yang sering membingungkan para
orangtua, mengapa anak mereka menjadi slow-learner. Yang perlu diluruskan
adalah walaupun slow-learner memiliki kualitas-kualitas tersebut, mereka tidak
memiliki kemampuan untuk melaksanakan tugas sekolah sesuai dengan yang
diperlukan karena keterbatasan IQ mereka.
BAB V
CIRI-CIRI SISWA
LAMBAN BELAJAR DAN BERPRESTASI RENDAH
Istilah siswa lamban belajar dan berprestasi rendah
mengandung pengertian yang tidak jauh berbeda, dua-duanya saling berkaitan satu
sama lain. Siswa lamban belajar dan berprestasi rendah adalah siswa yang kurang
mampu menguasai pengetahuan dalam batas waktu yang telah ditentukan karena ada
factor tertentu yang mempengaruhinya.
Siswa
yang lamban belajar dan berprestasi rendah dapat pula di akibatkan oleh factor
IQ. Menurut penelitian Binet dan Simon anak yang lemah mental memiliki IQ
antara 50 sampai 69 tergolong anak yang lamban belajar. Mereka itu sangat sulit
dididik. Jika memungkinkan untuk dididik mereka membutuhkan waktu yang cukup
lama untuk memahami pelajaran kendatipun pada akhirnya prestasi yang di
capainya tidak semaksimal siswa yang lainnya. Siswa lamban belajar yang di
sebabkan oleh factor IQ, pada umumnya memiliki prestasi rendah, lain halnya
dengan siswa lamban belajar yang diakibatkan oleh lemahnya kemampuan menguasai
pengetahuan dan keterampilan dasar tertentu pada sebagian materi pelajaran yang
harus dikuasi sebelumnya
1.
Cirri – Ciri Umum Siswa Lamban Belajar
Cirri-ciri umum siswa lamban belajar dapt dipahami
melalui pengamatan fisik siswa, Perkembangan mental, intelektual, sosial,
ekonomi, kepribadian dan proses-proses belajar yang dilakukannya di sekolah dan
di rumah.
Ciri-ciri
itu dianalisa agar diperoleh kejelasan yang konkret tentang gejala dan
sebab-sebab kesulitan belajar siswa di sekolah dan di rumah.
Rincian analisis tersebut mencakup:
1. Fisik
Pengamatan pertama yang dilakukan untuk menemukan
sebab-sebab kesulitan belajar siswa adalah dengan pengamatan cermat terhadap
keadaan fisiknya, meliputi intensitas pendengarannya, penglihatannya,
pembicaraannya, vitamin dan gizi makanan pada waktu kecil.
2. Perkembangan mental
Kemampuan mental adalah kemampuan individu dalam berfikir
dan berbuat. Perkembangan mental dapat di pengaruhi oleh pertumbuhan fisik,
peristiwa-peristiwa tertentu yang terjadi dalam kehidupannya dan asuhan
intensif yang diberikan lingkungannya. Cacat fisik sebelum atau setelah
kelahiran dapata berpengaruh pula terhadap Perkembangan mental seseorang.
3. Perkembangan intelek
Intelek adalah kekuatan pikiran dalam menyampaikan
pemikiran (reasoning) dan pemahaman pengetahuan yang dikuasainya. Manusia
intelektual adalah manusia yang berkemampuan menganalisis pengetahuan,
menyatakannya kembali dalam bentuk kata dan kalimat yang baik dan benar yang
disampaikan secara sistematis dan logis sehingga dapat diterima oleh
lingkungannya. Perkembangan intelek dapat dipengaruhi oleh keadaan mental.
Sesorang yang memiliki IQ berkisar antara 50 sampai 69 sulit diharapkan
memiliki Perkembangan intelek yang baik.
4. Sosial
Keadaan sosial ekonomi manusia berpengaruh terhadap
kemajuan belajar siswa di sekolah. Berdasarkan penelitian Kirk (1962) terdapat
5 kali lebih banyak siswa lamban belajar yang berasal dari keluarga ekonomi lemah
dibandingkan siswa lamban belajar yang berasal dari keluarga ekonomi tinggi.
5. Perkembangan kepribadian
Siswa yang mengalami kesulitan belajar pada umummnya
berkaitan erat dengan masalah-masalah emosional, agresif, takut, malu-malu dan
nakal. Kadang siswa yang mengalami kesulitan belajar itu menunjukan
ketidakmampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnyam yang di
akibatkan kegagalan belajar di sekolah. Jika kegagalan itu bertambah banyak
maka akan mengakibatkan kelesuan konsentrasi dalam belajar.
6. Proses belajar yang dilakukannya
Ciri-ciri siswa lamban belajar dilihat dari proses
belajar yang dilakukannya adalah sebagai berikut:
·
Lamban mengamati dan
mereaksi peristiwa yang terjadi dalam lingkungannya.
·
Kurang bernafsu untuk
melakukan penelitian terhadap hal-hal yang baru dalam lingkungannya.
·
Siswa lamban belajar
tidak banyak mengajukan pertanyaan-pertanyaan
·
Siswa lamban belajar
kurang memperlihatkan perhatiannya terhadap apa dan bagaimana tugas itu dapat
diselesaikan dengan baik.
·
Dalam belajarnya banyak
menggunakan ingatan (hapalan) aripada logika (reasoning)
·
Tidak mampu
menggunakan cara-cara tertentu dalam mempelajari ilmu pengetahuan.
·
Siswa lamban belajar
kurang lancer berbicara, tidak jelas, dan gagap.
·
Siswa lamban belajar
sangat bergantung pada guru dan orang tuanya, terutama dalam membuktikan
kebenaran pengetahuan yang sedang dipelajarinya.
·
Siswa lamban belajar
sulit memahami konsep abstrak.
·
Siswa lamban belajar
sulit memindahkan kecakapan tertentu yang telah dikuasainya kedalam kecakapan
lainnya sekalipun dalam mata pelajaran yang sama, seperti kecakapan mengali dan
membagi.
·
Siswa lamban belajar
lebih sering berbuat salah.
·
Mengalami kesulitan
membuat generalisasi pengetahuan secara teruari, bahkan tidak mampu menarik
kesimpulan.
·
Memiliki daya ingatan
yang lemah, mudah lupa dan gampang menghilang.
·
Mengalami kesulitan
saat menuliskan pengetahuan dalam bentuk karangan-karangan lainnya, sekalipun
menggunakan kata dan kalimat yang sederhana.
·
Siswa lamban belajar
lemah dalam mengerjakan tugas-tugas latihan di sekolah dan dirumah.
2.
Ciri-Ciri Siswa Lamban Belajar Dilihat Dari Sisi
Perkembangan Keterampilan Membaca dan Menulis.
Tanda-tanda siswa lamban belajar dalam segi membaca
menurut Wheeler
a. Siswa lamban belajar kurang menauh perhatian terhadap
tugas-tugas membaca yang diberikan gurunya.
b. Kurang terbiasa melakukan tugas belajar sendiri terutama
membaca buku-buku pelajaran.
c. Leih suka membaca nyaring daripada belajar membaca dalam
hati atau diolah dalam fikiran.
d. Kurang mampu membaca materi pelajaran-pelajaran yang
disajikan gurunya dalam kelas.
e. Lebih banyak berhasil belajar tanpa membaca (visualisasi)
f. Membutuhkan waktu yang lama untuk menyelesaikan
tugas-tugas membacanya.
g. Banayak mengajukan keluhan tentang kesulitan mengerjakan
tugas membaca.
h. Umumnya pendiam
i. Kadang-kadang memperlihatkan gejala kesulitan saat
mendengar dan melihat.
j. Merasa sulit mengingat-ingat pengetahuan isi bacaan
k. Kurang sanggup mempraktikan isi bacaan. Sulit
menghubungkan teori kedalam praktik.
l. Sering menampakan gejala-gejala emosional dalam
mengerjakan tugas membaca materi pelajaran.
m. Malas pergi sekolah.
n. Sulit menghadapi tes keterampilan membaca standar.
o. Siswa lamban belajar memiliki Perkembangan akademik yang
rendah di bawah standar yang diharapkan.
Roldan dalam bukunya Learning Disabilities and Their
Relation to Reading, mengemukakan pendapatnya bahwa ciri-ciri umum siswa lamban
belajar adalah sebagai berikut:
a. Siswa lamban belajar memiliki rentang perhatian yang
rendah, bertingkah bingung dan kacau.
b. Derajat aktifitas siswa lamban belajar rendah
c. Kurang mampu menyimpan huruf dan kata pada ingatannya
dalam waktu lama.
d. Kurang mampu menyimpan pengetahuan hasil pendengaran.
e. Kurang mampu membedakan huruf, angka dan suara.
f. Tidak suka menulis dan membaca
g. Tidak sanggup mengikuti penjelasan yang bersifat ganda.
h. Tingkah laku yang berubah-ubah dari hari ke hari.
i. Suka terdorong oleh perasaan emosional dalam pergaukan,
mudah marah dan tersinggung.
j. Kurang mampu melakukan koordinasi dengan lingkungannya.
k. Penampilannya kasar.
l. Kurang mampu bercerita dan sulit membedakan kiri dan
kanan.
m. Lambat dalam Perkembangan berbicara.
n. Susah memahami kata dan konsep
o. Sulit akrab dengan orang dan benda.
p. Kemampuan berbicaranya terbatas pada satu pokok
persoalan.
q. Mereaksi tidak cermat terhadap aksi yang datang dari
luar.
r. Siswa lamban belajar sulit menyesuaikan diri terhadap
perubahan-perubahan yang terjadi dalam lingkungannya.
Ketidaksanggupan siswa lamban belajar dalam menguasai
pengetahuan mempengaruhi sikap dan perilakunya menjadi tidak cocok dengan
lingkungan sekelilingnya sehingga mengundang masalah orang-orang disekitarnya.
Ketidaksanggupan
belajar digambarkan menjadi dua versi yaitu:
Menurut versi lama,
ketidaksanggupan belajar itu karena adanya pembengkakkan kondisi-kondisi
tertentu di otak sehingga tidak berfungsi secara normal.
Versi baru, ketidaksanggupan belajar itu disebabkan
kerusakan-kerusakan tertentu pada diri sesorang yang membuat seseorang itu
lamban belajar. Kerusakan-kerusakan itu di kategorikan kedalam empat hal,
yaitu:
1. Dyslexia
Kata disleksia berasal dari
bahasa Yunani δυς- dys- ("kesulitan untuk") dan λέξις lexis
("huruf" atau "leksikal"). Pada umumnya keterbatasan ini
hanya ditujukan pada kesulitan seseorang dalam membaca dan menulis, akan tetapi
tidak terbatas dalam perkembangan kemampuan standar yang lain seperti
kecerdasan, kemampuan menganalisa dan juga daya
sensorik pada indera perasa. Terminologi disleksia juga digunakan untuk merujuk
kepada kehilangan kemampuan membaca pada seseorang dikarenakan akibat kerusakan
pada otak.
Disleksia pada tipe ini sering disebut sebagai Aleksia. Selain memengaruhi kemampuan membaca dan menulis,
disleksia juga ditengarai juga memengaruhi kemampuan berbicara pada beberapa
pengidapnya. Penderita disleksia secara fisik tidak akan terlihat sebagai
penderita. Disleksia tidak hanya terbatas pada ketidakmampuan seseorang untuk
menyusun atau membaca kalimat dalam urutan terbalik tetapi juga dalam berbagai
macam urutan, termasuk dari atas ke bawah, kiri dan kanan, dan sulit menerima
perintah yang seharusnya dilanjutkan ke memori pada otak. Hal ini yang sering
menyebabkan penderita disleksia dianggap tidak konsentrasi dalam beberapa hal.
Dalam kasus lain, ditemukan pula bahwa penderita tidak dapat menjawab
pertanyaan yang seperti uraian, panjang lebar. Para peneliti menemukan
disfungsi ini disebabkan oleh kondisi dari biokimia
otak yang tidak stabil dan juga dalam beberapa hal akibat bawaan keturunan dari
orang tua.
Ada dua tipe disleksia, yaitu developmental dyslexsia
(bawaan sejak lahir) dan aquired dyslexsia (didapat karena gangguan atau
perubahan cara otak kiri membaca). Developmental dyslexsia diderita
sepanjang hidup pasien dan biasanya bersifat genetik. Beberapa penelitian
menyebutkan bahwa penyakit ini berkaitan dengan disfungsi daerah abu-abu pada otak. Disfungsi tersebut
berhubungan dengan perubahan konektivitas di area fonologis (membaca). Beberapa
tanda-tanda awal disleksia bawaan adalah telat berbicara, artikulasi tidak
jelas dan terbalik-balik, kesulitan mempelajari bentuk dan bunyi huruf-huruf,
bingung antara konsep ruang dan waktu, serta kesulitan mencerna instruksi verbal,
cepat, dan berurutan. Pada usia sekolah, umumnya penderita disleksia dapat
mengalami keuslitan menggabungkan huruf menjadi kata, kesulitan membaca,
kesulitan memegang alat tulis dengan baik, dan kesulitan dalam menerima.
2. Dyscalculia
Adalah kesulitan mengenal angka dan pemahaman terhadap
konsep dasar matematika.
3. Attention deficit hyperactive disorder
Adalah pemusatan perhatian terhadap masalah-masalah yang
sedang dihadapinya.
4. Spatial, motor and perceptual deficits
Adalah kondisi lemah dalam menilai dirinya menurut ukuran
ruang dan waktu.
5. Social deficits
Social deficits adalah kesulitan mengembangkan
keterampilan sosial. Kesulitan itudapat membuat ketidakksanggupan menemukan
jati dirinya.
3.
Hakikat Program Pengembangan Keterampilan Membaca
Membaca merupakan pelajaran
pokok di sekolah. Tanpa keterampilan membaca, semua pelajaran tidak dapat
dikuasainya. Pelajaran membaca merupakan dasar bagi semua pelajaran yang di
ajarkan di sekolah, karena itu pelajaran membaca harus dikuasai dengan baik.
Agar pelajaran membaca dapat
disuguhkan dengan baik dan secepatnya dapat dikuasai oleh siswa maka pelajaran
itu harus deprogram dengan menerapkan beberapa prinsip sebagai berikut:
1. Pelajaran membaca harus dirancang sedemikian rupa dan
merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kurikulum sekolah.
2. Program pelajaran membaca masa lalu harus dibedakan
dengan program pelajaran membaca masa kini dan masa yang akan datang, selain
itu dibuat berkelanjutan untuk seoanjang jenjang pendidikan dasar, menengah dan
tinggi.
3. Program pelajaran membaca harus berpusat pada kebutuhan
dan perbedaan individu.
4. Program pelajaran membaca harus mampu memenuhi kebutuhan
Perkembangan siswa dalam menghadapi tugas-tugasnya.
5. Program pelajaran membaca harus mampu menyediakan
kesempatan-kesempatan tertentu dalam mempelajari keterampilan-keterampilan yang
dibutuhkan siswa demi kesiapannya dalam melanjutkan studinya disekolah.
6. Program pelajaran membaca harus dibuat sedemikian rupa,
bersifat memuaskan, dapat memperluas dan memperkaya minat dan perhatian siswa.